Generasi Milenial memang identik dengan ingin serba instan, mudah bosan, tidak suka terlalu dikekang alias ingin kebebasan, dan fleksibilitas. Eiittss….tapi jangan berhenti sampai disitu! Generasi yang kerap disebut Echo Boomers ini juga punya sejumlah potensi yang notabene tidak dimiliki generasi-generasi pendahulunya loh.
Bagi Anda yang punya tim kerja didominasi Milenial atau mungkin Anda sendiri juga termasuk Milenial (yaitu lahir di era tahun 1981-1996 menurut versi Pew Research) tidak bisa disangkal Milenial memang memiliki daya kreatifiitas yang tinggi. Kreatifitas mereka serta-merta tidak datang dengan sendirinya, tetapi lebih karena era jaman ketika Milenial tumbuh sangatlah mempengaruhinya. Lahir di era teknologi digital sedang berkembang pesat, ditambah pola asuh di era tersebut yang lebih mengedepankan demokrasi serta tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang ketika itu berkembang dengan baik ketimbang di era 70an, membuat Milenial tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang percaya diri, kritis, berani berpendapat dan kreatif.
Dan kalau ditanya ” Mengapa mereka cepat bosan, sepertinya gak mau dikekang dan ingin segalanya instan? ”
” Hmm..ya itu karena itu memang sudah satu paket! “
Pribadi yang kritis dan kreatif akan dengan sendirinya mudah bosan dan ingin kebebasan. Semoga hal ini membuat setiap kita bisa memandang Milenial dengan lebih objektif dan bagi Anda yang memiliki tim kerja didominasi Milenial menjadi tertantang bagaimana mengembangkan segudang potensi Milenial lainnya.
Kalau bicara mengembangkan potensi, tidaklah bisa beranjak dari yang namanya berkomunikasi. Seperti kata-kata Pandji Pragiwaksono, aktor sekaligus komika Indonesia “Ngomong itu gak doang, berbicara itu bisa menggerakkan orang”. Yuk biar ngomong kita gak doank, mari kita cermati apakah komunikasi kita selama ini sudah menggerakkan tim Milenial yang Anda pimpin? Buat sobat Next Leader, saya akan bagikan 4 Teknik Komunikasi yang dapat menggerakkan Milenial, yang disingkat menjadi B-E-T-A:
1. Banyaklah BERTANYA
” Komunikasi koq malah tanya-tanya…? “
“Yes! nanya-nanya itu penting…”
Karena Milenial adalah generasi yang kritis dan ditambah lagi doi bakal sensitif kalau bekerja hanya boleh sebagai level pelaksana alias ‘doers‘. Nyatanya di banyak organisasi dan program Talent Management yang tim Next Leader pernah lakukan, generasi Milenial dari level staff sekalipun ingin bisa mengungkapkan pendapat mereka ketika melakukan sesuatu. Karena mereka adalah generasi yang dinamis dan sangat technology savvy. Mereka tahu banget bagaimana mendapatkan informasi sekaligus pengetahuan dari Mbah Google, Siri, dan berbagai platform sosial media. Dari hasil ‘pencarian’ nya ini Milenial ingin berbicara dan berpendapat! Apalagi kalau doi memang sudah punya pengalaman dan melihat ada hal-hal yang gak sesuai di depan matanya, membuat si doi ingin sekali memberikan masukan.
Nah inilah PR bagi pengembang SDM di banyak organisasi, untuk mulai menanamkan budaya Komunikasi Interaktif. Jika Milenial Anda memang sudah punya pengetahuan mumpuni, ketrampilannya pun mulai berkembang, jangan biarkan atasannya hanya memberi supervisi satu arah. Tapi banyaklah bertanya dan biarkan Milenial berbicara dan atasannya mendengarkan. Dan layaknya sebuah komunikasi interaktif, atasan dan senior perlu kemudian siap memberi umpan balik ya!
2. EMPATI lah dengan karakteristik Milenial
Berikutnya ketika komunikasi sudah terbuka, jika Anda bukan generasi Milenial, sebutlah Gen X atau mungkin hampir mendekati Baby Boomers, yang namanya perbedaan pandangan tentu ada. Milenial yang serba ingin instan dan tidak mau ribet, adalah tipe yang tidak mau terlalu banyak wacana tetapi ingin segera eksekusi. Sementara generasi senior mereka punya sejumlah pertimbangan lain dan berbagai aturan, SOP, kebijakan yang mungkin menurut hemat Anda tidak memungkinka atau semudah yang dikatakan Milenial.
Well, kalau ini Anda alami. kembali lagi yuk ke Komunikasi Interaktif. Interaktif bicara juga ada keterbukaan. Ungkapkan saja keberatan-keberatan Anda pada tim Milenial sambil coba gali juga apa alasan-alasan dari si Milenial. Bersikaplah posisikan diri Anda di posisi Milenial. Coba pahami cara berpikir dan pengambilan keputusannya. Dan biasanya ketika kita lebih terbuka dan bersedia berempati, kita justru dapat belajar sesuatu dari Milenial. Sementara Milenial pun merasa mendapat kepercayaan dari Anda, dan kepercayaan inilah yang menggerakkan Milenial untuk berbuat lebih alias do extra-mile di pekerjaannya.
3. TO THE POINT dan TEGASKAN Aturan Mainnya
Ketika keterbukaan dan kepercayaan telah terjalin, janganlah berbicara terlalu panjang atau bertele-tele dengan Milenial. Misalnya dalam rapat, memberikan instruksi atau me-review pekerjaan mereka. Karena percayalah bisa jadi tim Milenial Anda akan mendengarkannya dengan on-off mode alias kadang didengarkan, kadang tidak ! Hehe..tentunya Anda tidak mau bukan?
Karenanya buatlah segala bentuk komunikasi seringkas mungkin. Jika komunikasi tertulis, bisa juga tambahkan unsur kreatifitas seperti dibuat dalam bentuk infografis, konten video yang menarik ataupun media kekinian saat ini, seperti Tik-Tok, Instagram Live, Facebook TV dan sebagainya. Seperti yang dilakukan PT KAI (Kereta Api Indonesia) dimana tim Talent Acqusition mereka untuk menarik para talents Milenial terbaik, menggunakan Tik-Tok di iklan lowongan pekerjaan mereka.
Selain To The Point, dalam berkomunikasi dengan Milenial juga perlu ketegasan seorang pemimpin untuk menekankan kembali aturan main yang ada. Dalam hal ini ada ketentuan baku yang misalnya tetap harus diikuti Milenial untuk menjamin pekerjaannya berkualitas, sesuai standard keamanan hingga kebijakan tertentu. Pastikan juga ketegasan ini berlangsung secara dua arah dengan Milenial boleh memberi saran perbaikan berkelanjutan, dan ada kesepakatan reward and punishment yang berlaku terhadap tim Milenial tersebut.
4. APRESIASI upaya nyata dari Milenial
Selama proses pekerjaan berlangsung, luangkan waktu Anda untuk benar-benar mengamati bagaimana tim Milenial Anda bekerja. Jangan sungkan-sungkan untuk memberikan apresiasi secara terbuka bagi Milenial yang menunjukkan upaya terbaiknya. Jangan juga menunggu hasil akhir karena memang Milenial adalah generasi yang haus akan pujian dan pengakuan. Mereka membutuhkannya untuk tahu dalam jangka pendek apakah pekerjaannya sudah sesuai dan membuatnya tidak kehilangan arah apa yang harus dilakukan. Apresiasikan juga sesuai esensinya, yaitu proses yang telah dilakukannya secara spesifik. Dan pujilah di depan rekan-rekannya sehingga ia juga merasa mendapat pengakuan. Dengan mendapat pujian dan pengakuan Milenial seperti mendapat amunisi untuk bergerak, untuk melejitkan potensi terbaik mereka dan terlebih lagi karena mereka diberi motivasi yang tepat.
Nah tidak sulit bukan menggerakkan Milenial? Silahkan Anda bisa mulai aplikasikan 4 langkah praktis B-E-T-A ini di tim Milenial Anda. Next Leader Consulting yang telah berpengalaman mengembangkan para talent Milenial siap menjadi partner untuk mendampingi perjalanan Anda mencetak para pemimpin di era Milenial yang berkarakter kuat dan pencapaian terbaik sesuai potensi mereka.