Seorang manager bagian produksi pernah menceritakan dilema keputusan yang harus diambilnya. Di satu sisi sebagai perwakilan manajemen ia harus segera menerapkan suatu kebijakan “efisiensi” sesuai situasi perusahaan yang sedang tidak ideal seperti yang diinstruksikan manajemen. Namun di sisi lain, ia melihat ketidaksiapan dari anggota yang dipimpinnya sehingga bila kebijakan “efisiensi” ini diterapkan justru dapat menimbulkan masalah baru di bagian produksi yang dipimpinnya.
Dari hasil perbincangan dilema sang manajer produksi ini, saya ketika itu sebagai fasilitator di suatu kelas pelatihan Next Leader Consulting bertema kepemimpinan, menyarankan untuk jeli menganalisa kondisi yang ada serta dampaknya agar dapat menerapkan pengambilan keputusan yang tepat dan terhindar dari penyesalan di kemudian hari.
Adapun dua faktor yang perlu dijadikan landasan pemimpin untuk pengambilan keputusan ialah pertama; apakah perlu mempetimbangkan banyak aspek (toleransi terhadap ketidakpastian yang tinggi) atau justru cukup memprioritaskan satu aspek saja yang paling penting (toleransi ketidakpastian rendah). Dan faktor kedua; apakah berorientasi pada penyelesaian tugas untuk tercapainya suatu tujuan secara taktis atau aspek sosial / hubungan baik dengan pihak lain dan orang yang dipimpinnya menjadi hal yang lebih krusial.
Untuk lebih jelasnya yuk simak 4 Gaya Pengambilan Keputusan yang diintisarikan dari Alan Rowe & James Boulgarides berikut:
4 GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. DIRECTIVE
Merupakan gaya pengambilan keputusan yang rendah dalam toleransi ketidakpastian dan berfokus pada tugas. Gaya direktif membutuhkan struktur yang ada dan memanfaatkannya dengan baik. Pemimpin yang menggunakan gaya ini suka membuat keputusan berdasar fakta yang ada dan aturan / prosedur. Gaya directive mempercayai indera mereka sendiri, hal yang praktis dan fokus pada penyelesaian tugas, sehingga biasanya tanpa melakukan konsultasi dengan pihak-pihak lain.
Kelebihan dari gaya ini ialah keputusan dapat dihasilkan dengan cepat, efisien, dapat secara praktis diterapkan. Merupakan gaya yang dibutuhkan jika pemimpin perlu mengambil keputusan segera, cepat dan tidak ada banyak waktu.
Namun kelemahan yang tidak bisa dihindari dari gaya ini ialah terkesan terlalu kaku dan sepihak, kurang mengakomodir kepentingan pihak lain serta bisa beresiko untuk jangka panjang.
2.ANALYTIC
Gaya pengambilan keputusan yang tinggi dalam toleransi terhadap ketidakpastian dan fokus pada tugas. Pengambil keputusan analitis dapat memproses ketidakpastian jika diberi cukup waktu dan informasi, dimana akan sangat bergantung pada logika hingga mengecek semua aspek masalah dengan teliti. Pemimpin yang berorientasi analitis akan hati-hati dalam menerima informasi yaitu yang telah secara cermat dianalisa terlebih dulu. Sehingga menghasilkan keputusan yang komprehensif, terinci dan menyeluruh. Mereka juga dapat bertindak inovatif jika analisis yang dilakukan menghasilkan penalaran atau insight baru.
Kelebihan dari gaya ini ialah keputusan telah dipertimbangkan dengan matang dan mengakomodir berbagai kemungkinan hingga berpeluang menghasilkan hasil yang inovatif.
Namun kelemahan yang tidak bisa dihindari ialah membutuhkan lebih banyak waktu sehingga terkesan lambat, dan terkesan melakukan analisa yang berlebihan sehingga bisa menghabiskan biaya operasional yang lebih tinggi.
3. CONCEPTUAL
Pengambilan keputusan yang tinggi dalam toleransi ketidakpastian dan berfokus pada hal sosial / hubungan baik. Biasanya merupakan pengambil keputusan yang cenderung kreatif, suka mengekplorasi, tertarik pada-hal hal baru dan merasa nyaman jika harus mengambil resiko. Tipe konseptual juga dapat mempertimbangkan berbagai pilihan dan kemungkinan. Mereka terbiasa menggunakan evaluasi intuitif saat harus mengidentifikasi suatu permasalahan / pola baru yang muncul.
Kelebihan dari gaya ini ialah mampu melihat potensi jangka panjang, peluang-peluang kerjasama yang strategis dengan pihak lain, hingga berdampak pada penemuan yang kreatif dan inovatif.
Namun kelemahan yang tidak bisa dihindari dari gaya ini ialah keputusan tidak bisa diterapkan untuk hal yang praktis, terkesan terlalu idealis untuk melakukan suatu hal, dan bisa jadi menimbulkan masalah jangka pendek saat penerapannya.
4. BEHAVIORAL
Pengambilan keputusan dengan toleransi ketidakpastian yang rendah dan berfokus pada hal sosial. Merupakan tipe yang berfokus pada perasaan dan kenyamanan anggota kelompoknya hingga pihak lain yang bisa terdampak dari keputusan yang diambil. Pemimpin yang menerapkan gaya behavioral biasanya piawai mencari informasi dari pihak lain baik secara eksplisit dari perkataannya hingga secara implisit yaitu apa dirasakan lawan bicaranya, Dan kemudian mereka akan mengevaluasi informasi yang didapatnya secara emosional dan intuitif
Kelebihan dari gaya ini ialah dapat meningkatkan tingkat penerimaan hingga keterlibatan pihak lain dari keputusan yang diambil, dapat menjaga hubungan sehingga sangat minim berdampak buruk secara sosial atau emosional.
Namun kelemahan yang tidak bisa dihindari dari gaya ini ialah dapat menghabiskan banyak waktu bahkan biaya, tenaga dalam membuat proses kesepakatan dan terkesan sulit membuat keputusan yang tegas.
Nah dari 4 gaya dan kondisi situasinya ini, pemimpin seyogyanya bisa memiliki pertimbangan lebih sebelum mengambil keputusan. Dari pengalaman Next Leader Consulting sebagai partner dalam mengembangkan para pemimpin dan profesional; Anda bisa melakukan 3 langkah berikut saat akan mengambil suatu keputusan:
1. Ambil waktu refleksi (walau singkat sekalipun) untuk menimbang seperti apa situasi yang dihadapi dan dampak yang dapat terjadi.
2. Konsultasikan pada orang yang Anda percayai atau telah berpengalaman yaitu tanyakan apa sekiranya dampak / resiko terburuk yang bisa terjadi dari keputusan yang akan Anda ambil.
3. Siapkan rencana antisipasi. Nyatanya, tidak ada satu keputusan yang sempurna serta tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Karenanya siapkanlah rencana antisipasi sekiranya hal buruk terjadi dari keputusan yang Anda ambil.