Dewasa ini generasi Milenial yaitu mereka yang lahir di angkatan tahun 1981 – 1995 telah menduduki posisi penting di berbagai organisasi. Bahkan tak jarang kita jumpai posisi manajerial telah didaulat oleh para talent Milenial. Dan di banyak perusahaan start up, para Milenial lah yang telah memegang pucuk pimpinan teratas dan peranan strategik.
Menyikapi fenomena ini, organisasi memerlukan cara dan strategi yang terus diadaptasikan untuk dapat survive mengelola dan memberdayakan generasi Milenial secara efektif. Mengutip dari penelitian terkini yang dilakukan oleh Warren Wright (CEO of Secondwave Learning) menyatakan bahwa 50% generasi Milenial mengalami kesulitan berkomunikasi dengan rekan kerjanya daripada generasi X dan Baby Boomers, dan salah satu yang menyebabkannya ialah mereka merasa tidak mendapatkan umpan balik (feedback) yang mereka butuhkan!
Karenanya untuk memimpin generasi yang kerap disebut dengan Gen Y ini, kita perlu mengedepankan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan terbesar mereka yaitu umpan balik (feedback). Milenial membutuhkan umpan balik yang konsisten untuk dapat terus mengembangkan dirinya. Karakteristiknya yang kreatif, berani berpendapat serta optimis untuk mencoba hal-hal baru, serta piawai dalam penggunaan teknologi digital menjadikan Milenial sebagai generasi yang memerlukan pendekatan komunikasi tersendiri untuk dapat betah bekerja dan bersedia berekspresi mengembangkan dirinya.
Pendekatan yang sesuai bagi kehausan Milenial akan umpan balik pengembangan ini, salah satunya ialah melalui coaching. Menurut International Coach Federation, coaching merupakan bentuk kemitraan bersama Cocahee (individu yang dicoaching) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional dengan proses yang memprovokasi pikiran dan proses kreatif yang menginspirasi. Dari definisi dapat direfleksikan coaching yang bertujuan memprovokasi pikiran dan menginspirasi ini merupakan pendekatan dapat menjawab dahaga Milenial akan umpan balik tersebut.
Nah pertanyaannya sekarang adalah seperti apa coaching yang fit bagi Milenial..?? Tentunya para pemimpin di organisasi dan bagian pengelola SDM perlu melakukan pendekatan yang juga fit juga sesuai karakteristik Milenial. Mengutip George Brandt, penulis First TIme Leader yang dikenal dengan pendekatan BRAVE Leadership, kita dapat memfasilitasi lima hal yang disingkat B-R-A-V-E ini yaitu Behavior – Relationship – Attitude – Values – Environment ketika memberikan coaching bagi Milenial.
1. B: BEHAVIOR
Behavior atau tindakan berbicara mengenai saat memberikan coaching perlu disepakati dengan hasil berupa tindakan nyata yang fit dengan karakteristik Milenial. Milenial yang optimis, menginginkan transparansi, memiliki ide-ide kreatif mendambakan dapat diberi kepercayaan melakukan tindakan yang dapat memberikan dampak nyata dan dapat bertahan dalam kurun waktu lama bagi orang lain. Mereka tidak tertarik ketika rencana tindakan (action plan) yang hanyalah tidak jauh dari pekerjaan rutin. Memang kelancaran rutinitas diperlukan dan perbaikan operasional adalah hal penting. Tetapi jangan lupa fokuskan Milenial untuk bisa menghasilkan tindakan nyata yang berdampak seperti inovasi-inovasi dan perbaikan berkelanjutan. Milenial akan senang jika tindakan dari coaching yang diberikan dapat membantu mencapai target bersama hingga visi perusahaan.
2. R: RELATIONSHIP
Salah satu pernyataan yang sering digaungkan George Brandt ialah “Relationship is the heart of leadership. If you can’t connect, you can’t lead”. Dalam melibatkan Milenial di sesi coaching, Coachee Milenial menginginkan coaching yang ia alami berdasar pada suatu hubungan. Hubungan ini berbicara Milenial ingin diperlakukan layaknya seorang teman yang bisa saling bertukar pikiran dan pandangan. Bukan hanya hubungan transaksional, apalagi atasan – bawahan yang terlalu kaku dan formal. Mereka mendambakan melalui coaching mendapat seorang kawan yang bisa membantunya bersama-sama mencapai tujuan. Milenial senang jika mendapat ruang dan kepercayaan untuk mengeluarkan ide-ide terbaiknya dan dibantu oleh Coachnya untuk merealisasikannya.
3. A: ATTITUDE
Coaching merupakan perjalanan jangka panjang yang akan membawa Coachee menyadari hal-hal yang akan membangkitkan motivasi internalnya hingga dapat berkomitmen melakukan aksi-aksi perbaikan dan perubahan. Sosok Coach yang efektif bagi Milenial perlu hadir dengan sikap yang bisa menginspirasi dan menggerakkan Milenial melalui sikapnya! Dan sikap terutama yang dibutuhkan ialah sikap yang autentik. Yaitu Coach yang berani berbagi kisah dirinya secara apa adanya. Kisah kegagalannya, perjuangannya hingga keberhasilannya yang bisa jadi tidak mudah dan penuh berbagai rintangan. Milenial akan lebih menghargai pemimpin yang dengan tulus menceritakan realita pengalama hidupnya untuk Milenial dapat belajar langsung darinya.
4. V: VALUES
Jadikan value (nilai-nilai di organisasi dan nilai-nilai pribadi yang dihidupi para pemimpin) menjadi perekat antara Coach dan Coahee Milenialnya. Milenial menunjukkan ketertarikan yang tinggi pada pekerjaan yang memiliki value atau dapat berdampak bagi orang lain hingga masyarakat di lingkungan. Milenial akan menunjukkan komitmen yang sangat baik dalam melakukan aksi-aksi perbaikan yang dapat memberi manfaat bagi sekitar, kepedulian akan lingkungan hidup serta dapat membuat proses kerja lebih mudah dan ringkas. Karenanya pemimpin perlu memberikan porsi pekerjaan Milenial pada tugas-tugas, projek hingga rencana pengembangan diri yang sarat dengan values tersebut.
5. E: ENVIRONMENT
Coach juga perlu peka memfasilitasi lingkungan yang fit bagi pertumbuhan potensi Milenial hingga membuatnya betah bekerja dan termotivasi untuk menunjukkan kinerja terbaiknya. Karenanya Coach bisa memfasilitasi lingkungan kerja yang menyediakan ruang untuk Milenial dapat bekerja secara kolektif atau dapat berkolaborasi dengan rekan-rekan satu timnya hingga lintas fungsi. Julukan generasi kolektif yang kerap dilekatkan pada Milenial ini memang kerap membuat mereka biasanya kurang betah pada lingkungan kerja yang terlalu hierarkis. Namun Milenial akan sangat menikmati jika banyak dipercaya pada tugas-tugas yang mana mereka dapat bekerja sama untuk suatu tujuan tertantu tanpa adanya hierarki atau birokrasi yang terlalu kaku di dalamnya. Selain itu karakteristik Milenial yang optimis, dapat multi-tasking dan tidak takut berinovasi juga membutuhkan lingkungan kerja yang membuatnya dapat mengakses pengetahuan-pengetahuan baru yang sesuai dengan minatnya.
Yuk semangat menjadi Coach yang mendayagunakan potensi team kerja Milenial dengan pendekatan coaching yang tepat..!! Next Leader Consulting sebagai partner dalam pengembangan pemimpin multi-generasi siap mendampingi para pemimpin yang ingin hadir sebagai Coach yang B-R-A-V-E bagi Milenial.