Istiliah Generasi Strawberry yang dewasa ini marak merupakan penggambaran dari seseorang yang memiliki kreatifitas yang tinggi, namun jika diberi sedikit tekanan saja akan langsung hancur. Dan ini sangat mirip dengan buah strawberry yang merah menawan, namun sedikit ditekan akan langsung hancur. Istilah “generasi strawberry” ini seringkali melekat dengan para Gen Z, yaitu generasi yang lahir dari tahun 1997 hingga 2012.
Dan generasi strawberry ini biasanya tumbuh di lingkungan yang memiliki teknologi memadai dan juga orang tua yang selalu ingin memberikan yang terbaik pada anak, sehingga membentuk generasi yang mudah lari dari kesulitan. Nah kali ini Next Leader Consulting, mengajak untuk kita melihat juga karakteristik unik lain dari Gen Z ini; untuk dapat juga mengenal generasi yang sering disebut adik dari Milenial ini secara lebih menyeluruh.
1. PHYGITAL
Gen Z merupakan generasi yang tidak memiliki batasan antara dunia fisik dan digital. Dan ciri uniknya mereka ini telah memunculkan istilah populer di kalangan Gen Z yaitu “phyygital” (physical digital). Gen Z memahami bahwa dari setiap interaksi fisik mereka akan selalu terhubung dengan interaksi digital sehingga keduanya menjadi kesatuan yang tak terpisahkan. Hal ini telah membuat berbagai aplikasi lowongan kerja telah menerapkan phygital dalam sistem rekrutmennya. Seperti beberapa aplikasi digital bagi job seeker yang menawarkan daftar pekerjaan dengan para pencari kerja cukup hanya menggeser ponsel ke kanan untuk menerima dan ke kiri untuk menolak. Para pencari kerja juga dapat membuat video yang menceritakan tentang dirinya sebagai resume. Ini menjadi terobosan membuat pencarian kerja menjadi begitu praktis dan cepat.
2. HYPER CUSTOM
Bagi Gen Z, personal brand merupakan hal biasa yang sudah mereka terapkan dalam diri mereka. Gen Z dengan perangkat di tangan, ujung jari mereka siap membangun suatu personal brand melalui profil atau unggahan di media sosial. Dengan piawai mereka membangun sendiri personal brand pribadi karena mereka ingin bisa memilih sendiri apa yang mereka inginkan.
Mungkin bagi generasi lainnya ini terdengar berlebihan, namun dapat dipahami bahwa Gen Z hidup dalam dunia pernuh kejutan dan telah terbiasa dengan perubahan. Karenanya dalam mengembangkan talent Gen Z, hindari hanya tawarkan jenjang karier atau peluang keberhasilan melalui hanya satu jalan/pilihan. Mereka akan lebih berkomitmen dan senang menjalankannya kerika diberi kebebasan dapat menentukan.
3. REALISTIS
Berbeda dengan Milenial yang berlomba-lomba untuk membangun start up dan sangat optimis, Gen Z tergolong lebih apatis dikarenakan masa ketika mereka remaja diperhadapkan dengan kondisi global yang terpuruk, seperti resesi ekonomi, isu lingkungan, teroris; sehingga membuatnya menjadi pribadi yang realistis.
Hal ini menyebabkan dalam berkomunikasi mereka lebih suka berbicara apa adanya, langsung menuju pokok pembicaraan, kurang menyukai komunikasi yang disertai bunga-bunga yang dirasa berlebihan bagi Gen Z. Ini juga sedari kecil mereka telah akrab dengan dunia digital, yang telah mengajarkannya komunikasi dengan gaya ringkas dan to the point. Sehingga dalam dunia kerja mereka tidak segan-segan mengungkapkan yang diinginkan dari perusahaan.
4. WECONOMIST
Weconomist merupakan istilah yang dikembangkan dari sharing economy, yang digagas oleh generasi Milenial dan Gen Z hidup dengan gaya wecomonist ini. Weconomist ini yang membuat Gen Z berpikir mengapa harus memiliki Wi-Fi jika ia bisa mendapatkannya dengan cara berbagi? Ini bukan karena mereka pelit, tetapi karena mereka telah belajar banayk berbagai sejak usia dini. Industri seperti Grab dan Airbnb merupakah contoh nyatanya. Dan seiring perkembangannya akan ada banyak industri yang bergerak dengan cara seperti ini yang dimotori Gen Z yaitu yang mengedepankan mutualisme.
Bila Gen X dan Milenial akan mungkin sungkan meminta bantuan pada pelanggan atau klien, tidak demikian dengan Gen Z! Mereka akan tidak segan melibatkan pelanggan atau klien untuk saling mendukung dalam mengerjakan projek atau pekerjaan mereka. Sudut pandang Gen Z yang realistis membuatnya memandang ini sebagai hal yang efektif, efisien dan pastinya ekonomis.
5. DIY (Do It Yourself)
Jika bagi generasi sebelumnya DIY adalah identik dengan kreasi yang berhubungan dengan seni dan kerajinan, maka Gen Z melakukan DIY jauh melebihi itu! Sebagai generasi YouTube, Gen Z yakin bisa mendapatkan apapun yang mereka cari dengan cepat. Julius Yego contohnya, ia berhasil meraih medali di ajang Olimpiade di Rio De Jenairo dalam lempar lembing hanya dengan belajar melalui YouTube dan tanpa pelatih satu pun!
Gen Z memiliki keyakinan bahwa setiap individu memiliki kemampuan dan keahlian yang bisa dikembangkannya diluar pendidikan di sekolah. Hal ini membuat Gen Z berharap organisasi tempatnya bekerja dapat melihat potensi lain yang dimiliki para karyawan sebagai langkah kemajuan dan efisiensi. Karenanya tidak heran kemudian Gen Z menjadi generasi yang memiliki pekerjaan sampingan, selain pekerjaan utama mereka di perusahaan.
Setelah semakin mengenali Gen Z, tentunya para profesional dan pemimpin dapat menyimpulkan apakah mereka tergolong generasi strawberry atau bukan. Serta yang terpenting ialah mengembangkan pendekatan gaya kepemimpinan dan komunikasi yang sesuai dengan keunikan Gen Z tersebut. Next Leader Consulting sebagai partner dalam pengembangan pemimpin multigenerasi hadir untuk membantu memfasilitasinya.