Sudah menjadi fenomena yang lumrah di berbagai organisasi apabila kelompok dengan usia tertentu memiliki cara
berpikir yang berbeda dengan kelompok usia lainnya sehingga memicu munculnya generation gap. Menurut Pew Research gap generasi merupakan berbagai
miskomunikasi dan gagal paham yang dipicu oleh perbedaan generasi. Perbedaanya ini disebabkan karena kurangnya pemahaman dan timbulnya kesalahpahaman antar individu dari beda generasi tersebut.
Satu pengalaman yang tidak terlupakan terkait gap generasi ini, ketika dalam tim HR di tempat saya bekerja dulu sedang melakukan kegiatan pembukaan Management Development Program yang dihadiri langung oleh para petinggi di organisasi termasuk para C level. Ketika seorang perwakilan manajemen itu sedang angkat bicara memberikan opening speechnya, dia pun melihat tajam dan menegur keras salah seorang peserta MDP yang rata-rata adalah para fresh graduate generasi Z. “Hei kamu tidak tahu sopan-santun! CEO sedang berbicara kamu malah asyik main HP! “ tegurnya dengan keras dan sontak membuat suasana acara pembukaan MDP yang begitu tenang dan formal menjadi gaduh.
Peserta Gen Z ini pun menjawab dengan tenang “Saya kira kata-kata yang baru Bapak sampaikan tadi itu keren banget lho dan karenanya langsung saya foto slides Bapak tadi dan share di Instagram. Dan postingan saya langsung dapat banyak likes dan comments, katanya speech Bapak keren banget dan sangat menginspirasi. Saya rasa kata-kata Bapak seperti ini harus disampaikan ke banyak orang, bagaimana menurut Bapak?”
Di tengah suasana yang mulai gaduh itu CEO tersebut merasa disadarkan dengan keras telah berburuk sangka pada peserta Gen Z tadi! Kejadian tadi menjadi perwakilan fenomena gap generasi yang dewasa ini sering terjadi. Banyak terjadi generasi senior tidak memahami perilaku generasi lebih muda seperti Gen Z dan Milenial serta menilai mereka tidak sopan, tidak beretika dan sebagainya. Namun nyatanya karena gaya komunikasi dan cara mengekpresikan diri antar generasi yang berbeda.
Dari ‘kejadian’ akibat gap generasi sang CEO dan peserta Gen Z ini juga kita dapat berefleksi betapa sebenarnya cara menjembatani gap generasi ini adalah diperlukan upaya dari masing-masing kubu senior dan yang muda untuk lebih dapat saling mengenal cara berpikir, persepsi, talenta, kemampuan, dan cara berperilaku satu sama lain. Mungkin kita tidak jarang mendengar statement bahwa “People is Number One Asset” tapi seringkali kita jarang meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran untuk benar-benar memahami our number one asset tersebut agar dapat dikelola dengan tepat.
Untuk dapat mengembangkan Gen Z dan Milenial yang dewasa ini akan semakin banyak populasinya dan perlahan namun pasti akan mendominasi dunia kerja, maka bagi Anda para pemimpin dan pengelola sumber daya manusia, perlu berkomitmen melakukan 6 hal berikut dalam upaya menjembatani gap generasi yang ada:
1. LUANGKAN WAKTU BERSAMA
Khususkan waktu Anda untuk bersama dengan Milenial dan Gen Z. Habiskan waktu-waktu tertentu bersama mereka, misalnya dengan minum kopi, ngafe bersama mereka, ikut pergi ke tempat-tempat yang disukai Milenial dan Gen Z.
Sebelum itu agar lebih nyambung dengan mereka, dapat mencari lebih dulu hal-hal yang disukai mereka agar pembicaraan menjadi menarik dan tidak garing. Ada sebuah pepatah terkenal menyatakan “You did it for your customer, why you would not do it for your talents?”
2. DENGARKAN MINAT & TUJUAN KARIR MEREKA
Tentunya sebagai yang lebih senior atau pemimpin dari Milenial dan Gen Z ketika mereka bertemu dengan Anda mereka ingin mendegarkan pengalaman Anda. Namun saat bersama mereka, buatlah mereka yang banyak berbicara dan Anda mendengarkan! Ingatlah tujuan Anda ialah untuk lebih mehamai mereka. Karenanya, ajukanlah pertanyaan-pertanyaan untuk lebih memahami apa minat, tujuan hingga goal career mereka. Tentunya aga mereka tidak merasa diintergorasi, Anda dapat memulai dengan percakapan pembuka dengan topik-topik yang disukai Milenial dan Gen Z, atau sedikit berbagi pengalaman Anda untuk menarik perhatian mereka bersedia membuka dirinya dengan Anda.
3. PAHAMI ALASAN MEREKA MELAKUKAN SUATU PEKERJAAN
Setelah Anda meluangkan waktu dan banyak mendengarkan mereka, kini saatnya coba membuat pemahaman lebih dalam tentang Milenial dan Gen Z. Buatlah kesimpulan dan analisa lebih lanjut dari apa yang Anda dapatkan, misalnya dengan mencoba menjawab beberapa pertanyaan refleksi, seperti:
– Apa hal-hal yang paling membanggakan bagi mereka terutama saat bekerja?
– Suasana kerja seperti apa yang membuat mereka betah bekerja?
– Apa goal karir mereka dan impian terbesarnya?
– Apa yang penting bagi mereka ketika bekerja?
– Apa alasan utama mereka bersedia melakukan suatu tugas / pekerjaan ?
4. BANTU DENGAN TINDAKAN NYATA
Tentunya setelah memahami mereka, Anda tidak hanya berhenti sampai disini, tapi perlu ada tindakan nyata untuk membantu mereka mewujudkannya. Disinilah biasanya titik krusial organisasi seringkali kehilangan talent Milenial dan Gen Z terbaik mereka. Mereka mungkin sudah berupaya memahaminya namun gagal memberikan program atau perlakuan yang tepat! Karena itu Anda dapat memulai membantu mereka dengan beberapa hal berikut:
– Perkenalkan mereka dengan teman-teman Anda – yang satu level atau lebih senior dari Anda. Milenial dan Gen Z ingin mengembangkan network mereka, dan senang dapat berkolaborasi dengan orang-orang yang menurutnya dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman baru
– Rekomendasikan atau pinjamkan buku-buku Anda yang dapat memperluas wawasan mereka, terutama di bidang yang mereka minati
– Lakukan coaching dengan mereka – libatkan juga senior yang mempuni di organisasi Anda untuk berperan sebagai Coach
– Kirimkan mereka ke program pelatihan sesuai goal career mereka untuk pengembangan diri
– Berikan tugas atau projek yang menantang sekaligus menurut mereka keren, membanggakan dan berarti (matter/meaningful) sehingga mereka akan bersemangat mengerjakannya. Hindari mereka hanya diberikan tugas-tugas rutin yang harus dikerjakan setiap hari.
5. BERMITRA DENGAN MILENIAL & GEN Z
Bermitra dengan mereka disini maksudnya ialah perlakukan mereka sebagai partner atau mitra kerja yang sejajar, bukan sebagai bawahan atau junior yang hanya diperintah atau mendapat instruksi Anda. Tapi perlakukan mereka layaknya rekan kerja satu level untuk mereka dapat bertukar ide, pendapat bahkan dapat memberi masukan.
Ingat Milenial dan Gen Z identik dengan generasi yang punya banyak ide, percaya diri, kreatif, optmisi dan cepat terhubung secara digital. Karena justru ketika bekerja dengan mereka, tantanglah mereka melakukan tugas-tugas yang membuat mereka dapat bereksplorasi dan bereksperimen dengan ide-ide dan pengalaman baru.
6. BELAJAR DARI MILENIAL & GEN Z
Mungkin Anda bertanya “Koq belajar dari mereka?” Ya, inilah kenyataan era digital yang sedan gada di hadapan kita saat ini. Harus diakui, dalam beberapa hal Milenial dan genz Z justru selangkah lebih maju dari generasi seniornya. Misalnya dalam hal-hal seperti digital marketing, artificial intelligence, gamification learning, data analytic dan sebagainya. Untuk belajar dari mereka dan sekaligus menjembatani gap antar generasi ini Anda dapat melakukan reverse mentoring, yaitu dengan memberi kesempatan Milenial dan Gen Z yang justru menjadi mentor dalam aspek-aspek yang mereka kuasai tersebut. Tentunya mereka akan senang sekali dan merasa diapresiasi melalui kegiatan reverse mentoring ini.
Selamat menerapkan 6 langkah menjembatani gap generasi dengan Milenial dan Gen Z. Pastikan Anda selalu mengeksplorasinya dan menjadi fleksibel dengan program-program kreatif untuk semakin memahami Milenial dan Gen Z. Next Leader Consulting sebagai partner dalam mengembangkan tim multigenerasi siap memfasilitasi Anda dan tim melalui ide-ide up to date untuk semakin mengikis gap generasi yang ada!