Generasi apakah yang paling mendominasi di Indonesia saat ini? Ternyata survei membuktikan Generasi Z atau yang kerap disebut Zoomer lah jawabannya. Hasil Sensus Penduduk tahun 2020 menunjukkan terdapat total 74,93 juta jiwa Generasi Z atau setara dengan 27,94% dari total penduduk Indonesia. Generasi Z yang meruapakan mereka yang lahir dari usia 1997 hingga 2012 saat ini diperkirakan berusia 10 hingga 25 tahun. Berarti hal ini belum semua Generasi Z berada pada produktif, namun sekitar tujuh tahun lagi seluruh Generasi Z akan masuk usia produktif. Ini juga menandakan baik saat ini hingga dalam dekat ke depan Generasi Z akan semakin membanjiri dunia kerja. Nah, pertanyaannya sudah siapkah organisasi dan para pemimpin menghadapinya?
Setiap generasi memang punya keunikan tersendiri, yaitu kelebihan dan area pengembangan yang sudah menjadi kekhasan generasi tersebut. Karenanya para pemimpin dan pengelola Sumber Daya Manusia di organisasi perlu piawai untuk menanganinya. Jika beberapa tahun lalu dunia kerja sempat dikagetkan dengan sepak terjang cara kerja Milenial yang dirasa berbeda dari angkatan sebelumnya yaitu Gen X dan Baby Boomer, maka saat ini Zoomer atau si adik dari Milenial lah yang akan semakin menjadi primadona.
Menghadapi tantangan generasi ke depan ini, Next Leader Consulting siap berbagi dan membekali Anda agar dapat melakukan pendekatan kepemimpinan yang tepat sesuai dengan karakteristik Gen Z sebagai berikut:
I. PAHAMI KARAKTERISTIK GEN Z
Kita akan dapat bekerja sama secara lebih efektif dengan orang yang sudah kita kenal bahkan pahami karkateristiknya. Hal ini juga berlaku ketika kita dari generasi berbeda ingin memahami Gen Z. Seperti kakaknya yaitu generasi Milenial yang kreatif, Gen Z juga merupakan generasi yang tidak kalah kreatifnya dari Milenial, dimana ciri khas generasi ini ialah suka melakukan segala sesuatu dengan caranya sendiri atau do it yourself (DIY). Mereka bergerak dengan cepat, alias menyukai kecepatan atau hal-hal yang instan. Generasi ini tidak dapat lepas dari gadget mereka. Ini karena mereka telah menikmati teknologi digital dari sejak usia dini sehingga menyebabkan tingkat atensi mereka tergolong rendah. Mereka cepat bosan dan fokusnya mudah teralihkan. Selanjutnya Gen Z sangat cepat mengakses informasi dimana mereka lebih suka belajar berbagai hal melalui internet. Pembelajaran melalui internet ini tentu berdampak pada pengetahuan yang Gen Z miliki menjadi lebih bersifat praktis, sehingga kurang mendalam serta tidak suka terlalu teoritis. Dan ini turut menyebabkan mereka menjadi generasi yang lebih individualis ketimbang Milenial yang lebih suka bekerja dan belajar secara kolektif.
2. PENDEKATAN KEPEMIMPINAN BAGI GEN Z
Selanjutnya setelah memahaminya, kita dapat mulai menerapkan pendekatan kepemimpinan yang sesuai dengan karakteristik Gen Z tersebut. Next Leader Consulting menamakan pendekatan kepemimpinan bagi Gen Z ini dengan Adaptive Leadership. Seyogyanya kepemimpinan Adaptif ini untuk dapat dilakukan perlu membangun fondasinya terlebih dulu dengan pemimpin dan anggota tim kerja Gen Z harus ada rasa saling percaya. Karena tanpa fondasi kepercayaan ini maka pendekatan kepemimpinan yang bersifat dua arah mengembangkan Gen Z ini akan sulit dilakukan.
Fondasi kepercayaan ini dapat dibangun dengan pemimpin lebih sering mengalokasikan waktunya untuk bersedia mendengarkan aspirasi, kebutuhan hingga tantangan-tantangan yang dihadapi tim Gen Z untuk kemudian mencari solusi secara bersama. Setelah fondasi saling percaya ini terbangun maka pemimpin perlu menerapkan 4 Langkah Kepemimpinan yang disingkat dengan F-E-S-A sebagai berikut:
F: FUN & CHALLENGING TASK
Gen Z yang kreatif dan dinamis akan cenderung cepat bosan jika hanya diberikan tugas yang monoton. Apalagi bagi Gen Z high talent, ketika mereka sudah menguasai pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan tidak ada pengembangan lebih lagi mereka cenderung merasa stagnan. Karenanya para pemimpin dan pengelola SDM perlu selalu memberikan tugas-tugas yang tergolong menantang bagi mereka namun juga sekaligus dibungkus dalam suasana yang fun atau menyenangkan untuk menjaga atensi dan fokus mereka terhadap pekerjaan tetap di level maksimal.
E: EMPATHIC LISTENING
Selanjutnya selama pengerjaan tugas-tugasnya Gen Z akan lebih cepat berkembang dan merasa betah di pekerjaannya ketika mereka diijinkan menjalin komunikasi 2 arah baik dengan atasan, senior dan rekan kerjanya. Tentunya ketika mereka mengkomunikasikannya, maka pemimpin perlu siap mendengarkannya dengan empatik. Pemimpin perlu lebih memberikan ruang untuk anggota tim Gen Z mengutarakan kemajuan di pekerjaannya hingga kendala-kendala yang dihadapinya. Dalam hal ini pemimpin perlu siap untuk hadir sebagai layaknya rekan atau teman diskusi bagi Gen Z dan bukan menyalahkan atau memberikan sanksi bila ada hal-hal yang kerap belum sesuai dengan harapan atasan.
S: SELF EVALUATION
Dalam perjalanan merampungkan pekerjaan atau projek dimana Gen Z bekerja, bila ada hal-hal yang belum sesuai dengan harapan atasan, maka sebelum pemimpin mengambil tindakan menyalahkan ataupun sekedar memberi tahu kesalahannya, maka kita dapat menggunakan teknik Self-Evaluation yakni berilah ruang terlebih dulu untuk Gen Z mengevaluasi hasil kerjanya sendiri. Dan jika setelah itu Anda sebagai pemimpin atau senior ingin menambahkan umpan balik dari pengamatan Anda, maka silahkan. Namun disini Gen Z yang kreatif dan kritis serta butuh ruang untuk mengerjakan segala sesuatu dengan caranya sendiri sudah diberi ruang untuk mengkritisi dirinya sendiri. Teknik Self Evaluation ini juga sangat baik untuk melatih berpikir kritis serta kemampuan penyelesaian masalah (problem solving) tim Gen Z Anda.
A: ACTION FOR DEVELOPMENT
Setelah tim Gen Z dapat mengevaluasi dirinya sendiri maka selanjutnya pemimpin perlu menguncinya dengan membuat kesepakatan aksi bersama untuk pengembangan dirinya lebih lagi. Aksi untuk pengembangan diri (action for development) ini juga akan lebih mengena bagi Gen Z yang dinamis jika dilakukan dalam komunikasi 2 arah. Baik pemimpin dan tim Gen Z sama-sama memikirkan apa saja aksi-aksi yang sesuai untuk pengembangan dirinya.
3. MENJADI ROLE-MODEL BAGI GEN Z.
Setelah Adaptive Leadership dengan fondasi rasa saling percaya dibangun dalam tim Gen Z Anda, maka untuk melanggengkannya, para pemimpin ataupun senior perlu menjadi role-model dari 4 langkah F-E-S-A Adaptive Leadership yang telah dibahas di atas. Menjadi role model ini sangatlah krusial bagi Gen Z untuk membuat mereka dapat merasa terus termotivasi di pekerjaannya sehingga akan dengan sendirinya menghasilkan karya-karya terbaik sesuai dengan potensi diri mereka.
Next Leader Consulting hadir sebagai partner dalam memfasilitasi para pemimpin, profesional dan pengelola SDM untuk secara aplikatif mengembangkan Adaptive Leadership untuk merangkul Generasi Z dan menjadikan tim di tempat kerja Anda menjadi semakin solid.