Perbedaan Utama Milenial dan Gen Z di Dunia Kerja (Serta Pendekatan Efektif untuk Memimpinnya)
Dalam beberapa kelas pelatihan Next Leader Consulting, belakangan ini cukup banyak peserta yang menanyakan:
“Apa sih perbedaan utama antara Milenial dan Gen Z, terutama dalam dunia kerja?”
Pertanyaan ini wajar sekali muncul karena Generasi Z kini mulai memasuki dunia kerja. Hampir semua karyawan baru di level fresh graduate merupakan bagian dari Gen Z, dan jumlah mereka akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS, 2020), Generasi Z (lahir tahun 1997–2012) merupakan generasi dengan populasi terbesar di Indonesia, yaitu 27,94% dari total penduduk (setara 74,93 juta jiwa).
Sementara Generasi Milenial (lahir 1981–1996) berada di posisi kedua dengan 25,87% populasi atau sekitar 69,38 juta jiwa.
Nah, jadi apa sebenarnya perbedaan utama antara Milenial dan Gen Z di dunia kerja?
Dan bagaimana cara pemimpin dapat melakukan pendekatan yang efektif terhadap kedua generasi ini?
Kesamaan Milenial dan Gen Z dalam Dunia Kerja
Sebelum membahas perbedaan, penting untuk memahami kesamaan orientasi kerja antara Milenial dan Gen Z.
Kedua generasi ini sama-sama berorientasi pada pengembangan karier. Menurut survei Gallup, baik Milenial maupun Gen Z tergolong generasi yang tidak ragu mengundurkan diri jika merasa kariernya stagnan atau pekerjaan tidak lagi sejalan dengan passion pribadi.
Namun, di balik kesamaan orientasi tersebut, ada dua perbedaan besar dalam cara mereka memaknai karier dan bekerja.
1. Tujuan Karier yang Berbeda
Milenial: Entrepreneurial dan Kolaboratif
Milenial — banyak di antaranya kini menduduki posisi manajerial atau C-level — dikenal lebih menyukai bekerja di perusahaan start-up dan memiliki jiwa entrepreneur yang kuat.
Hal ini muncul karena mereka tumbuh di era booming start-up sekitar satu dekade lalu, saat banyak peluang baru terbuka di dunia digital.
Ciri khas Milenial:
Optimis dan dinamis
Berani berpendapat dan mengambil risiko
Menyukai kolaborasi dan budaya berbagi (sharing culture)
Maka tak heran, banyak Milenial yang menjadikan wirausaha sebagai tujuan karier jangka panjangnya.
Gen Z: Stabilitas dan Nilai Pribadi
Sementara itu, Generasi Z lebih mencari pekerjaan yang stabil, aman, dan sesuai nilai-nilai pribadi mereka.
Penelitian dari InsideOut Development menunjukkan bahwa sekitar 40% Gen Z menginginkan pekerjaan yang stabil dan memiliki risiko yang bisa diprediksi.
Sikap ini tak lepas dari pengalaman masa kecil Gen Z, terutama yang lahir di akhir 1990-an. Mereka tumbuh di tengah krisis ekonomi dan moneter 1998, yang berdampak besar pada kehidupan masyarakat.
Kondisi ini membentuk karakter Gen Z yang lebih realistis dan berhati-hati, bahkan cenderung pesimis terhadap ketidakpastian — berbeda dengan Milenial yang lebih berani berspekulasi.
2. Work-Life Integration vs Work-Life Balance
Milenial: Work-Life Integration
Milenial dikenal sebagai generasi berorientasi hasil. Mereka bekerja dengan penuh semangat jika pekerjaan tersebut sejalan dengan passion dan gaya hidup pribadi mereka.
Mereka tidak terlalu mempermasalahkan lamanya jam kerja — selama pekerjaan terasa bermakna dan menyenangkan.
Karena itu, Milenial cenderung menerapkan konsep Work-Life Integration, yaitu memadukan kehidupan pribadi dan profesional agar keduanya berjalan selaras.
Mereka senang jika pekerjaan bisa terasa “asyik” dan dinamis, bukan kaku dan monoton.
Gen Z: Work-Life Balance
Berbeda dengan Milenial, Gen Z justru lebih mendekati generasi Gen X dalam hal pengaturan waktu kerja. Mereka lebih mengutamakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (Work-Life Balance).
Karakteristik Gen Z yang lebih rentan terhadap stres dan mudah mengalami kejenuhan membuat mereka menilai waktu istirahat, healing, dan me-time sebagai hal yang sangat penting.
Fenomena “healing culture” yang populer saat ini adalah bukti nyata dari nilai keseimbangan hidup yang dipegang Gen Z.
Kesimpulan: Kolaborasi Milenial dan Gen Z untuk Masa Depan Organisasi
Perbedaan antara Milenial dan Gen Z bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk saling melengkapi.
Dengan memahami karakteristik dan kebutuhan masing-masing generasi, pemimpin dapat menciptakan strategi kepemimpinan yang inklusif dan efektif.
Pemimpin masa kini perlu:
Menyediakan ruang karier yang fleksibel dan bermakna bagi Milenial.
Membangun stabilitas, komunikasi terbuka, dan keseimbangan kerja bagi Gen Z.
Dengan pendekatan yang tepat, kolaborasi antara kedua generasi ini justru bisa menjadi kekuatan besar dalam organisasi modern.
Tim fasilitator Next Leader Consulting, sebagai mitra pengembangan kepemimpinan lintas generasi, siap mendampingi para pemimpin dan profesional dalam membangun tim kerja Milenial dan Gen Z yang produktif, harmonis, dan berdaya saing tinggi.
Next Leader Consulting fokus pada pengembangan pemimpin lintas generasi melalui program Training Kepemimpinan, Coaching Kinerja, HR Assessment dan Gamification e-Learning. Silahkan dapat kontak team kami melalui Live Chat untuk merekomendasikan program yang tepat sesuai kebutuhan di organisasi Anda.













