Bisakah kecerdasan emosional (atau emotional intelligence) ditingkatkan? Pertanyaan ini kerap ditanyakan para profesinal dan pemimpin. Beberapa peneliti percaya bahwa kecerdasan emosional adalah karakteristik bawaan, sementara yang lain percaya bahwa kecerdasan emosional dapat dipelajari dan dikembangkan. Kabar gembiranya kecerdasaran emosional memang bersifat keduanya. Memang benar itu dapat bersifat bawaan namun juga dapat dilatih dan ditingkatkan, Karena faktanya telah banyak individu mengalami peningkatan kecerdasan emosional ketika mereka mulai menyadari dan mengupayakannya.
Pernahkah Anda berhadapan dengan seorang pimpinan atau rekan yang memiliki kecerdasan emosional yang kurang berkembang? Mereka biasanya kesulitan memahami emosi yang disampaikan dalam suatu pesan misalnya isyarat nonverbal, ekspresi wajah, nada suara, hingga kata-kata verbal. Seseorang dengan kapasitas kecerdasan emosional yang kurang berkembang juga tidak efektif dalam memahami dan mengekspresikan emosinya sendiri. Misalnya yang seringkali terjadi seorang pimpinan atau rekan yang mengatakan bahwa dia sepenuhnya terbuka untuk umpan balik, tetapi ketika ia mendapatkan umpan balik yang tidak sesuai dengan keinginannya ia menyatakan pendapat tersebutnya sepenuhnya salah atau tidak dapat menerimanya!
KENALI ASPEK KECERDASAN EMOSI
Lalu bagaimana memulai untuk mengembangkan atau meningkatkan kecerdasan emosi? Untuk mengembangkannya kita perlu memahami terlebih dulu setidaknya ada 4 aspek kecerdasan emosinal yaitu persepsi emosi, kemampuan menalar menggunakan emosi, kemampuan memahami emosi, dan kemampuan mengelola emosi.
Berikut adalah contoh ketrampilan yang dapat ditampilkan seseorang dengan aspek-aspek kecerdasan emosional yang telah dilatih dan dikembangkan:
1. Kesadaran dan kemampuan membaca bahasa tubuh dan komunikasi nonverbal lainnya yang mencakup ekspresi wajah. Yaitu seseorang mulai menyadari makna dari bahasa non verbal yang ditampilkan seseorang saat sedang berkomunikasi dengannya. Bahasa tubuh dan komunikasi non verbal ini sangatlah sarat dengan makna bahkan makna yang lebih autentik dari pesan verbal yang disampaikan seseorang.
2. Kemampuan untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh sehingga dapat mendengar kata-kata yang tidak diucapkan. Yaitu dengan seseorang dapat memperhatikan nada suara, infleksi, jeda, dan isyarat lainnya yang ditampilkan lawan bicara ketika berkomunikasi. Seseorang mulai peka akan kata-kata yang sebenarnya tidak terucapkan namun sebenarnya terekspresikan melalui nada bicaranya, mimiek wajah dan sebagainya. Misalnya keraguan dari lawan bicara walau ia menyatakan keyakinannya. Ketidaksetujuan atas suatu hal walau seseorang berpendapat “ya”.
3. Kemampuan untuk mengendalikan dan menangani frustrasi, kemarahan, kesedihan, kegembiraan, kejengkelan, dan emosi lainnya secara efektif. Seorang disini mulai dapat menalar ketika mengekspresikan emosinya, yaitu ia mulai dapat mengendalikan dan menangani dirinya sendiri secara lebih efektif.
4. Mengenali dan bereaksi terhadap dampak dari kata-kata dan tindakannya terhadap rekan kerja, pimpinan, anak buah; apakah lawan bicara memberi tahu tentang dampak dari kata-kata atau tindakannya, atau tidak. Disini seseorang mulai dapat memahami emsoi orang lain dan menyesuaikan reaksi dirinya. Reaksi ini merupakan kemajuan yang sangat luar biasa ketika seseorang mulai dapat mengenali dan bereaksi secara lebih efektif atas emosi yang ditampilkan oleh orang lain di tempat kerjanya.
5. Memahami emosi yang mendasari komunikasi yang disampaikan orang lain dan menanggapi secara efektif kebutuhannya. Respon ini menunjukkan kccerdasan emosional yang sudah terlatih dengan baik yaitu seseorang memenuhi kebutuhan emosi dari seseorang melalui komunikasi yang terjalin. Bisa jadi itu adalah pesan kebutuhan melalui isyarat non verbal, ekspresi wajah hingga kata-kata verbal yang tersirat. Misalnya kebutuhan akan penghargaan dari apa yang sudah selama ini lawan bicara lakukan di pekerjaannya. Kebutuhan akan dukungan dan persetujuan atas ide-ide baru yang diutarakan seseorang. Ketika kecerdasan emosional kita semakin terlatih kita akan terampil memahami kebutuhan tersebut dan menanggapinya dengan tepat.
6. Menafsirkan secara efektif penyebab emosi yang diungkapkan oleh rekan kerja. Menafsir penyebab emosi tentu bukanlah hal mudah bagi banyak orang, namun kabar gembiranya hal ini dapat dilatih. Dengan Anda sudah dapat memahami dan mengelola emosi diri dengan lebih efektif dan melatih kepekaan memenuhi kebutuhan emosi orang lain maka kepekeaan dalam menafsirkan penyebab emosi menjadi semakin terasah. Misalnya seseorang dengan postur sedih di tampat kerja dapat menunjukkan masalah signifikan yang dialaminya di rumah ataupun masalah pekerjaan yang belum terselesaikan. Dengan kita memahami penyebab emosi maka empati kita pun semakin terasah.
Mengenali aspek-aspek emosi ini menjadi hal penting yang perlu setiap kita ketahui dan kenali sebelum lebih lanjut melatih dan mengembangkan kecerdasan emosional. Next Leader Consulting hadir sebagai partner dalam memfasilitasi para pemimpin untuk secara aplikatif menyadari aspek-aspek kecerdasan emosinal yang dimiliki seseorang untuk kemudian seseorang dapat meningkatkan dan mengembangkannya!